Bercerita Bersama Nurul

кєяα ∂αη αуαм

Pada jaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor kera. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan si kera. Pada suatu petang Si Kera mengajak si ayam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang si Kera mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Si Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloskan diri.
Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si Kepiting. Si Kepiting adalah teman sejati darinya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang kediaman si Kepiting. Disana ia disambut dengan gembira. Lalu Si Ayam menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk penghianatan si Kera.
Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Kera. Ia berkata, “marilah kita beri pelajaran kera yang tahu arti persahabatan itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Kera. Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si Kera untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.
Kemudian si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan rakusnya si Kera segera menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai ditengah laut, mereka lalu berpantun. Si Ayam berkokok “Aku lubangi ho!!!” Si Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”
Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut. Si Ayam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Kera yang meronta-ronta minta tolong. Karena tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati tenggelam.


αηαк кєяαηg

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.” 
Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.


тємαη вαιк уαηg кнιαηαт

Muka-ku memerah, sedang marah besar. Rasanya kepala-ku mau pecah saat ini juga. “Grrrrhhhh!!!! Aku benci padamu, Morin!”, gumam-ku dalam hati. Tiba-tiba Sylvia, kakak-ku, datang. “Ada apa, Venda? Kamu kayaknya lagi marah, deh! Coba cerita sama kakak ada apa….”, bujuk Kak Sylvia. “Ah, kakak nggak perlu tahu! Ini masalahku sendiri,”, kataku dengan senyum di bibir. Padahal, saat itu aku masih ada rasa benci dengan Morin.
“Ayolah, Venda…. Kamu dulu sudah pernah bilang sendiri, kan? Di keluarga kita ini nggak ada lagi yang namanya rahasia-rahasiaan. Kita harus saling terbuka satu sama lain,”, kata Kak Sylvia. “Maafkan Venda, ya, Kak… Dulu, memang Venda pernah berkata seperti itu. Namun sekarang aturan itu sudah hilang. Venda maaf… banget.”, kataku merahasiakan.
Kak Sylvia duduk disampingku, duduk diatas kasur. “Venda, Kakak janji, kok, nggak akan ada yang tahu tentang ini. Dan Venda tenang saja, karena Kakak nggak akan bocorin rahasia ini ke siapapun.”, kata Kak Sylvia. “Kakak janji?”, Kak Sylvia mengangguk. “Nggak akan beritahu ke siapapun termasuk ke Mama Papa?”, tanyaku. “Ok, rahasiamu aman ditanganku,”, kata Kak Sylvia.
Aku mengangguk mantap. Sebenarnya… aku tidak mau memberitahukan ke siapapun tentang ini. Tapi… aku sendiri sudah mengatakan bahwa di keluarga ini tidak ada lagi rahasia-rahasiaan. “Ok, Kak… Kakak janji, ya, jangan bilangin ke siapa-siapa.”, kataku. “Iya, bukannya kamu sudah bilang tadi?”, tanya Kak Sylvia.
“Cerita ini sangat mengharukan. Tadi, waktu aku istirahat di sekolah, aku menghampiri Morin, Aminah, Hanni, dan Henna. Saat itu Morin bertanya padaku; “Ibumu namanya Bu Syalabiyyah, kan?”. Lalu aku menjawab; “Kalau iya, memang kenapa?”. Tapi dia malah mengejek; “Syalabiyyah, kalau ditengah-tengah huruf a dan b ditambah huruf h jadi apa? Terus, huruf y itu dibuang. Jadi apa coba?”. Aku menjawab; “Salahbiyyah?”. Dia malah tambah mengejek; “Coba kata ‘biyyah’ nya kamu hapus.”. Aku lalu berseru marah; “Apa?! Kamu mengejek Mama-ku, ya?!”. Aku lalu pergi ke kantor, dan melaporkan kronologis itu pada Bu Ririn, begitu,”, uraiku sedih.
“Lalu, apa yang dikatakan Bu Ririn pada anak-anak nakal, itu?”, tanya Kak Sylvia, matanya memerah, seraya menahan tangis. “Anak-anak! Kalian harus meminta maaf pada Venda. Dia kan, kasihan. Masa orangtuanya kalian ejek. Kalian harus tahu, mengejek orangtua teman itu sama saja mengejek orang tua sendiri.”, jelasku.
“Lalu?”, tanya Kak Sylvia. “Lalu mereka saling tunjuk, dan aku memberi tahu pada Bu Ririn, bahwa hanya Morin yang mengejek. Morin tertunduk, lalu meminta maaf.”, jelasku. “Apakah kamu memaafkan Morin? Aku ingin tahu jawabmu,”, ujar Kak Sylvia. “Tidak akan!”, seruku.
Keesokan harinya….
Saat istirahat tiba, aku tidak menghampiri teman baikku yang kini telah berubah, Morin. Namun, aku masih memiliki teman baik yang banyak. Dulu sih… Morin akrab sekali denganku. Atau bisa dibilang Morin dan aku adalah best friend atau nama lainnya sahabat sejati. Namun kini tidak lagi. Sekarang dia, best friend-ku itu telah menjadi bad friend, atau teman buruk. Ya… tidak sampai bad friend-lah. Paling hanya sebatas benci. Meski aku tahu dia hanya bercanda, tapi bercandanya itu sudah jauh diluar batas.
Aku menghampiri Ghiani dan Putri. “Ghiani, Putri, kita main, yuk!”, ajakku. “Aduh… sayang sekali, Venda. Padahal kami mau mengajak Morin bermain.”, kata Ghiani. “Jangan cemas Ghiani… kita bisa mengajak Venda bermain bersama dengan Morin bukan?”, kata Putri.
“Apa? Morin?! Aku bilang pada kalian ya…. Teman baikku itu….” “Sttt…. diam dulu, dia akan datang kesini. Lihat saja!”, sahut Ghiani. “Venda, kita main, yuk!”, ajak Morin sambil menggandeng tanganku. “Sorry banget, Rin, aku mau…”, aku tak bisa melanjutkan kata-kataku.
“Aku kan sudah minta maaf sama kamu dengan kejadian kemarin. Kamu nggak memaafkan aku, ya?”, Morin menaikkan alisnya. “B-bukan begitu, Morin, aku hanya… Aku juga minta maaf, selama ini kita sudah menjadi best friend, tapi kini tidak lagi…”, kataku.
“Apa? K-kamu tidak memaafkan aku? Kita memang sudah menjadi best friend sedari dulu, Venda. Aku kan sudah minta maaf. Tapi apakah kamu tidak mau memaafkan aku? Teman baikmu sendiri. Dan sekarang kamu sudah menganggapku sebagai bad friend? Begitu?”, ujar Morin dengan marah. Astaga! Aku tak menyangka kalau Morin tahu apa yang ada di pikiranku.
“Tidak sampai bad friend, Morin…”, kataku. “Lalu? Apa maksudmu melakukan semua ini?”, tanya Morin. “Aku sangat minta maaf Morin. Meski aku tahu kamu hanya bercanda, tapi bercanda-mu sudah diluar batas. Dan itu tidak baik,”, kataku, lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.
Morin berusaha mengejarku. “Maafkan aku Venda… Maafkan aku… Aku sungguh minta maaf padamu. Semua ini hanyalah bercanda. Maafkan aku kalau semua ini aku salah. Tapi jangan membenciku, Venda… Aku juga tidak akan membencimu. Tapi aku mohon padamu untuk memaafkan aku. Semoga nasi belum menjadi bubur. Sungguh, aku minta maaf, Venda…”, mata Morin memerah, seperti menahan tangis.
“Ok, aku akan maafkan kamu, tapi kamu harus berjanji tidak akan mengejek seperti itu lagi.”, Morin mengangguk, matanya kini berbinar-binar. “Seorang ibu adalah pahlawan terbesar untuk kita. Meski pahlawan RI memiliki jasa yang besar, tapi ibu-lah yang memiliki jasa paling besar.”, kataku. “Jadi… kamu memaafkan aku? Terima kasih banget, ya, Ven! Soalnya dosa mengejek orang tua itu sangatlah besar. Dan aku juga tahu, kalau arti dari Syalabiyyah itu adalah cantik, sama seperti ibumu. Ibumu juga cantik.”, puji Morin.
Akhirnya, aku dan Morin saling berpelukan. Dan mulai saat itu, kami menjadi teman baik lagi.

αуαм ∂αη ѕαρι

“Kenapa sih”, kata seorang kaya pada pelayannya, “Orang-orang mengataiku pelit. Padahal semua orang kan tahu kalau aku wafat nanti, aku akan memberikan semua yang aku punya pada yayasan sosial dan panti asuhan?” “Akan saya ceritakan fabel tentang ayam dan sapi,” jawab pelayannya. “Sapi begitu populer, sedangkan sang ayam tidak sama sekali. Hal ini sangat mengherankan sang ayam. ‘Orang-orang berkata begitu manis tentang kelemahlembutan dan matamu yang begitu memancarkan penderitaan’, kata ayam pada sapi. ‘Mereka mengira kamu begitu murah hati, karena tiap hari kamu memberi mereka krim dan susu. Tapi bagaimana dengan aku? Aku memberikan semua yang aku punya. Aku memberikan daging ayam. Aku memberikan bulu-buluku. Bahkan mereka memasak dan membuat sup dengan kakiku untuk kaldu. Tidak ada yang seperti itu. Kenapa sih kok bisa begitu ?’”
“Apakah anda tahu apa jawaban sang sapi?”, kata pelayan.
Sang sapi berkata, “Mungkin karena aku memberikannya sewaktu aku masih hidup.”

вαмвυ вυℓυн ρєяιη∂υ


Adalah serumpun bambu yang subur di tengah sawah. Oleh penduduk sekitar bambu-bambu itu sering ditebang untuk bangunan rumah misalnya : tiang, kaso, reng, dinding atau gedek. Bambu juga dapat dimuat untuk tempat tidur, meja, kursi, jembatan dan lain-lain. Diantara bambu-bambu yang besar itu, adalah sebatang bambu yang kecil kurus. Setiap hari ia selalu diejek dan dihina sehingga ia bersedih dan menangis.Saking sedihnya ia berdoa agar cepat dipanggil Tuhan.
Pada suatu hari datanglah seorang penebang bambu dan memilih bambu kecil itu untuk ditebang. Setelah itu bambu-bambu itu tidak mendengar lagi berita dari bambu kecil itu. Barulah suatu hari datanglah Sang Angin yang membawa bau wangi dari keraton yang membawa berita bahwa bambu yang kecil kurus itu telah dijadikan buluh perindu oleh Sang Raja. Buluh perindu itu jika ditiup akan mengeluarkan bunyi yang indah yang membuat setiap pendengarnya menjadi bahagia.
Karena kasiatnya, buluh perindu itu dibungkus dengan sutera dan disimpan dalam kotak yang sangat elok. Buluh kurus kecil yang dulu selalu dihina sekarang menjadi penghibur bagi setiap orang.
Mendengar cerita Sang Angin, buluh-buluh besar yang dulu selalu menghina sekarang minta maaf dan berjanji akan hormat kepada siapa saja.

мαηυѕια ѕαтυ кαтα

Hari yang cerah. Raja Mahendra pergi ke hutan untuk menguji kemampuannya berburu. Ia melarang para pengawal mengikutinya masuk ke hutan. Di tengah hutan, tampak seekor kijang asyik makan rumput. Raja Mahendra langsung membidik anak panahnya.
Ah, kijang itu berhasil melarikan diri. Raja Mahendra mengejarnya. Namun ia terperosok masuk ke lubang yang cukup dalam. Ia berteriak sekeras-kerasnya memanggil para pengawal. Namun suaranya lenyap ditelan lebatnya hutan. Selagi Raja Mahendra merenungi nasibnya, ia terkejut melihat seseorang berdiri di tepi lubang.
“Hei! Siapa kau?” tanya Raja. Orang itu tak menjawab. “Aku Raja Mahendra! Tolong naikkan aku!” pintanya dengan nada keras. “Tidak!” jawab orang itu. Raja menjadi geram. Ia ingin memanah orang itu. Namun sebelum anak panah melesat, orang itu lenyap. Tak lama kemudian, jatuhlah seutas tali. Raja mengira itu pengawalnya. Namun, ternyata orang tadi yang melempar tali.
“Jadi kau mau menolongku?”
“Tidak!” jawabnya lagi. Raja menjadi bingung. Katanya tidak, mengapa memberi tali? Apa boleh buat, yang penting orang itu mau menolongnya. Raja Mahendra berhasil naik. Ia mengucapkan rasa terima kasih.
“Maukah kau kubawa ke kerajaan?” tawar Raja.
“Tidak!” jawab si penolong.
“Kalau tidak mau, terimalah beberapa keping emas.”
“Tidak!” jawabnya lagi, tetapi tangannya siap menerima.
Akhirnya Raja Mahendra sadar, bahwa orang itu hanya bisa bicara satu kata. Yaitu tidak. Walau berkata tidak, orang itu dibawa juga ke kerajaan. Sampai di kerajaan Raja Mahendra memanggil Patih.
“Paman Patih, tolong berikan pekerjaan pada manusia satu kata ini. Ia hanya bisa berkata, tidak.”
“Mengapa paduka membawa orang yang amat bodoh ini?”
“Walau bodoh, ia telah menolongku ketika terperosok lubang.” Patih berpikir keras. Pekerjaan apa yang sesuai dengan orang ini.
Setelah merenung beberapa saat, Patih tersenyum dan berkata, “Paduka kan bermaksud mengadakan sayembara untuk mencari calon suami bagi sang putri. Tetapi sampai kini Paduka belum menemukan jenis sayembaranya.”
“Benar Paman Patih, aku ingin mempunyai menantu yang sakti dan pandai. Tetapi apa hubungannya hal ini dengan sayembara?”
“Peserta yang telah lolos ujian kesaktian, harus mengikuti babak kedua. Yaitu harus bisa memasuki keputren dengan cara membujuk penjaganya.”
“Lalu, siapa yang akan dijadikan penjaga keputren?”
“Manusia satu kata itu, Paduka.”
“Lho, ia amat bodoh. Nanti acara kita berantakan!”
“Percayalah pada hamba, Paduka.”
Pada hari yang ditentukan, peserta sayembara berkumpul di alun-alun. Mereka adalah raja muda dan pangeran dari kerajaan tetangga. Di babak pertama, kesaktian para peserta diuji. Dan, hanya tiga peserta yang berhasil.
Ketiganya lalu dibawa ke depan pintu gerbang keputren. Patih memberi penjelasan pada mereka. Nampaknya mudah. Mereka hanya disuruh membujuk penjaga keputren sehingga dapat masuk keputren.
Peserta hanya boleh mengucapkan tiga pertanyaan.
“Penjaga yang baik. Bolehkah aku masuk keputren?” tanya peserta pertama.
“Tidak!” jawab si manusia satu kata.
“Maukah kuberi emas sebanyak kau mau, asal aku diperbolehkan masuk?”
“Tidak!”
Pertanyaan tinggal satu.
“Kau akan kujadikan Senopati di kerajaanku, asal aku boleh masuk.”
“Tidak!” ujar si manusia satu kata.
Peserta pertama gugur. Ia mundur dengan lemah lunglai. Peserta kedua maju. Ia telah menyusun pertanyaan yang dianggapnya akan berhasil,
“Penjaga, kalau aku boleh masuk keputren, kau akan kunikahkan dengan adikku yang cantik. Setuju?” pertayaan pertama peserta kedua.
“Tidak!”
“Separoh kerajaan kuberikan padamu, setuju?”
“Tidak!”
“Katakan apa yang kau inginkan, asal aku boleh masuk.”
“Tidak!”
Peserta kedua pun mundur dengan kecewa. Mendengar percakapan dua peserta yang tak mampu masuk keputren, Raja Mahendra tersenyum puas. Pandai benar patihku, katanya dalam hati.
Peserta terakhir maju.
Semua penonton termasuk Raja Mahendra memperhatikan dengan seksama. Raja muda itu tampak percaya diri. Langkahnya tegap penuh keyakinan.
“Wahai penjaga keputren, jawablah pertanyaanku baik-baik. Tidak dilarangkah aku masuk keputren?” tanyanya dengan suara mantap. Raja Mahendra, Patih, dan penonton terkejut dengan pertanyaan itu.
Dengan mantap pula penjaga menjawab.
“Tidak!” Seketika itu sorak-sorai penonton bergemuruh, mengiringi kebehasilan peserta terakhir. Si raja muda yang gagah lagi tampan. Raja Mahendra sangat senang dengan keberhasilan itu. Calon menantunya sakti dan pandai.
Sayembara usai. Manusia satu kata berjasa lagi pada Raja Mahendra. Ia dapat menyeleksi calon menantu yang pandai. Walau bodoh, Raja Mahendra tetap mempekerjakannya sebagai penjaga keputren.

ρσнση уαηg єgσιѕ

Di sebuah padang luas tumbuhlah banyak pohon yang subur. Dari akar pohon-pohon itu mengalirlah sungai di bawahnya yang airnya sangat jernih.
Di antara pohon-pohon itu, adalah sebatang pohon yang egois. Ia ingin hidup sendiri supaya segalanya dapat ia miliki sendiri.Maka dicarilah akal agar pohon-pohon yang lain pergi dari situ. Dengan akal jahatnya, pohon-pohon itu tidak kerasan dan pergi satu persatu. Kini jadilah pohon yang jahat itu tinggal sendirian.
Ia senang sekali karena ia dapat menikmati segalanya sepuasnya tanpa berbagi dengan pohon lain.
Namun kegembiraannya itu tak berlangsung lama. Malam hari ia ketakutan sendirian. Ketika ada angin kencang ia hampir roboh tak mampu bertahan. Yang sangat menyedihkan adalah air sungai yang dulu melimpah, kini mengering karena tempat itu menjadi gundul. Pohon itu kekurangan air
Sekarang ia menangis siang dan malam karena menderita.Ia memanggili pohon-pohon yang dulu ia usir supaya kembali lagi tetapi tak satupun mau. Karena selalu bersedih, pohon itu menjadi sakit, tubuhnya kurus dan akhirnya mati.
Itulah akibatnya jika pohon itu egois dan jahat.Begitu juga manusia. Semakin banyak teman, hidup kita semakin nyaman. Kita jadikan semua orang adalah saudara kita.

вυηgα мαωαя уαg вαιк

Di sebuah kebun tumbuhlah dua pohon mawar merah dan putih. Mawar merah selalu marah-marah karena hal-hal yang sepele sedangkan mawar putih selalu baik hati. Jika mawar merah marah, mawar putih hanya diam mengalah. Meskipun dimarahi, mawar putih selalu membalas kebaikan pada mawar merah.
Sifat pemarah mawar merah makin hari makin bertambah dan setiap marah, mawar merah selalu melemparkan kotoran ayam ke mawar putih. Sekarang di sekitar mawar putih itu banyak kotoran ayam yang sudah kering.
Ajaibnya, justru karena kotoran ayam itu mawar putih semakin subur dan dari batangnya muncul bunga-bunga yang indah dan harum. Sedangkan mawar merah karena marah terus, batangnya kurus dan tak berbunga.
Suatu hari datanglah pemilik kebun itu. Ia senang sekali melihat mawar putih yang subur indah. Ia bersihkan rumput di bawahnya sehingga mawar putih semakin sehat. Sedangkan mawar merah yang kurus kering dan tak berbunga itu dicabutnya dan dibuang kedalam sampah.
Nah, adik-adik marilah kita mohon pada Tuhan agar kita dapat selalu sabar.Orang sabar itu dicintai Tuhan.


кєℓ∂αι ∂αη gαяαм мυαтαηηуα

Seorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.
Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.


ρємєяαн ѕυѕυ ∂αη ємвєя ηуα

Seorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan, dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.
"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"
Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya.
Jangan menghitung ayam yang belum menetas.

ѕι ρєℓιт

Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"


Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.


∂υα σяαηg ρєηgємвαℓα ∂αη ѕєєкσя вєяυαηg


Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari semak-semak di dekat mereka.
Salah satu pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya.
Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.
Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.
Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.
"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"
"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."
Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.


αηנιηg ∂αη вαуαηgαηηуα

Ha mesti korg dah tahu cerita nie kan klau korg dah tahu pun tak pe bagi yang tak tahu duduk dalam blog nie diam-diam sambil baca cerita nie and jangan lupa ambik teladan.....


Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah


кєявαυ ∂αη кαмвιηg

                                                                        

Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.

ηαк ¢єяιтα ρυη мαℓαѕ








Pada masa dahulu, ada sebuah kampung di mana semua rakyatnya amat rajin belaka tidak ada yang malas. Jadi pada suatu hari, rajanya membuat pengumuman hendak mencari seorang yang malas. Semasa perhimpunan itu, adalah seorang lelaki mengaku, katanya, “Patik adalah yang paling malas.”


Raja pun bertanya, “Apa tahap malas tuan hamba?”


Lalu jawab lelaki tersebut, “Kalau patik hendak makan, ada orang yang suapkan patik.”

Tiba-tiba datang seorang lelaki lagi lalu berkata, “Patik lebih malas lagi daripada dia tuanku.”

Tuanku pun bertanya kepadanya, “Sampai mana pulak tahap malas tuan hamba?”

Maka jawabnya, “Kalau patik makanpun, sampai ada orang tolong kunyahkan.”

Maka raja pun terdiam seketika.

Tanpa disangka-sangka datang seorang budak lelaki kepadanya sambil berkata, “Patik adalah yang paling malas tuanku.”

Raja pun bertanya, “Bagaimana pula tahap kemalasan kamu si budak?” Budak itu pun menjawab, “Nak cite pun malas.





нαηтυ вυкιт ρυтυѕ ηєgєяι ѕємвιℓαη

Kisah gempar dan menyeramkan ini terjadi kepada seorang lelaki yang bekerja di Seremban. Pada hari tersebut (hari khamis petang jumaat) beliau terpaksa balik ke Kuala Pilah kerana keluarganya mengadakan kenduri arwah. Selesai kenduri lebih kurang pukul 11.00 malam, dia pun terpaksa berangkat balik ke Seremban sendirian walaupun agak lewat kerana keesokkannya dia bekerja.
Sampai di Bukit Putus, jalan yang bengkang-bengkok tu, dia pun ternampak seorang perempuan berbaju putih sedang menahan keretanya. Hatinya tergerak pula ingin menolong. Lantas dia pun berhentikan keretanya dan bertanya “Apa halnya cik adik malam-malam buta kat sini?”,”Abang.. tolong lah saya. Kereta saya rosak ni… Puas dah saya tahan kereta lain. Tapi semuanya tak nak berhenti. Boleh tak tumpangkan saya sampai ke Seremban aje. Saya boleh bayar berapa abang nak??”. Entah macam mana dia pun tergerak hati nak menolong perempuan berbaju putih yang cantik tu…
” Oklah. Saya pun nak ke seremban jugak”, terkeluar dari mulutnya… Tapi hatinya masih lagi was-was… Diapun membuka pintu dan mempelawa perempuan itu masuk. Perempuan tu bukannya nak duduk kat belakang, terus aje duduk di depan sebelahnya. Nak juga ditegur tapi terlalu pantas perempuan tu tutup pintu dan terus lock pintu. Berdegup juga hati lelaki tu. Dia cuba tenangkan dirinya… seolah-olah takde apa yang berlaku. Dia masih lagi membisu kerana menyesal kenapalah dia dengan mudah aje membenarkan seorang perempuan menumpang keretanya di tengah malam buta ni… seorang diri pulak tu…
Tapi yang peliknya, hatinya macam ditarik-tarik supaya menolong perempuan tu… Padahal, dia tu memanglah penakut dengan perempuan! Masing-masing hanya diam membisu beberapa ketika… Tiba-tiba… dia mula merasa seram & meremang bulu roma bila perempuan tu berbau wangi. Dia pun mulalah membaca ayat-ayat suci yang terlintas di kepalanya. Peluh mula membasahi dahinya. Dia makin tak senang duduk .Perempuan tu kelihatan agak bersinar bila kenderaan yang bertembung menyuluh kearah keretanya. Dia pun memberanikan diri dengan menjeling ke arah perempuan tu bila sampai ke selekoh yang tajam. Perempuan tu juga memandang kat dia sambil tersenyum. Menampakkan giginya yang putih… ditambah lagi dengan baju yang dipakainya…
Dia pun beranikan diri dan bertanya…
”kenapa cik adik ni pakai baju putih malam-malam ni??
”ni memang pakaian rasmi saya setiap malam jumaat… ”
” Saya ada kelas yasin… ” jawab perempuan tu
”Tapi.. putihnya lain macam aje… tak pernah pulak saya tengoknya ”
tanya lelaki tu lagi.
”Apa yang lain nya… sama aje. Eh, betul ke tak pernah tengok??”
” Eyea… lain macam aje. seram pulak saya dibuatnya… ”
” Ehh takkan sampai seram… ”
“Pakai aje le Breeze colour baru!!!”
Lelaki tu bengang dan terus aje memecut keretanya. Sekianlah aje… ..

 
Template Edited By Sharifah Amna ♥ All Rights Reserved © 11 Nov 2011